Sabtu, 01 November 2008

Siapkah Anda di MLM?

Semua yang namanya bisnis perlu waktu untuk sampai ke tahap kesuksesan. Berapa waktu yang lumrah hingga kita menentukan bahwa kita telah gagal? Apakah tiga bulan, enam bulan, satu tahun atau bahkan tiga tahun?

Tak ada patokan pasti, berapa waktu yang mesti kita siapkan dalam meniti bisnis. Bagi yang beragama islam, mungkin satu tahun dimana saat lebaran tiba, maka berharap kehidupan di tahun berikutnya akan lebih baik.

Belajar, apapun bentuknya, perlu waktu. Belajar secara fisik kadang butuh waktu lebih lama dibandingkan belajar secara mental. Awalnya, mungkin sedikit sulit mempersiapkan diri untuk mulai berbisnis. Ketika kita sudah menentukan, butuh waktu lebih lama lagi untuk belajar menekuni bisnis itu sendiri.

Memulai suatu bisnis, kita harus memastikan bahwa tujuan kita adalah untuk menjadi seorang pelaku bisnis. Perolehan uang banyak dalam waktu singkat tak bisa dijadikan tujuan awal saat memulai bisnis, mengapa?

Sebut saja Gebi, karyawati yang berhenti bekerja kantoran dan mulai mencoba macam-macam bisnis. Ia ingin sekali menjadi seorang pemilik bisnis, ia tak mau selamanya menjadi karyawan yang tergantung sepenuhnya pada perusahaan tempat ia bekerja. Gebi ingin dapat memiliki uang banyak sekaligus waktu luang untuk menikmati uang tersebut.

Baru setelah tiga bulan mencoba menjalankan bisnis, Gebi tidak memperoleh pendapatan seperti yang diinginkannya. Ia pun mulai mencari lowongan kerja kantoran lagi.

Apa yang salah dari cerita di atas? Yaitu karena Gebi berpatokan pada uang yang di dapat. Tapi ia tak memperoleh uang yang diharapkan dalam rentang waktu tiga bulan, lalu merasa bahwa ia telah gagal berbisnis. Sikap itu tak bisa disamakan dengan mereka yang mempunyai alas an kuat untuk menjadi pelaku bisnis.

Jika seseorang sudah menentukan untuk tak mau selamanya menjadi karyawan dan mengerti bahwa itu berarti ia harus memulai suatu bisnis sendiri, uang yang ia hasilkan dalam waktu tiga bulan pertama tersebut tak akan mempengaruhinya untuk lalu memutuskan kembali bekerja kantoran.

Jika keinginan untuk menjadi pelaku bisnis lebih kuat dari sekedar mencari uang cepat, maka ia akan tetap bertahan demi membawa bisnisnya kearah kesuksesan.

Seiring bertambahnya usia, maka makin sulit kita melupakan hal-hal yang telah kita pelajari sekian lama, itulah sebabnya Gebi lebih memilih untuk kembali bekerja kantoran. Karena ia sudah terbiasa merasakan terjaminnya hidup dengan bekerja kantoran, dan kenyamanan hidup yang diakibatkannya. Sementara ia baru memiliki tiga bulan pengalaman dalam berbisnis. Itulah salah satu alasan kenapa banyak orang akhirnya kembali ke dunia kantor.

Lalu apakah mempunyai bisnis perlu modal mahal, karena kita tetap harus punya uang untuk kehidupan sehari-hari? Benar, bagaimanapun ada harga yang mesti dibayar selain dalam bentuk materi, seperti waktu dan mental yang kuat. Apa artinya pengorbanan untuk hidup di bawah garis standart pada beberapa tahun pertama, bila akhirnya kita mampu mencapai kesuksesan sejauh pendapatan yang tak terhingga dan waktu luang yang tak terbatas?

Beruntunglah mereka yang saat ini masih menjadi pekerja kantoran, namun terbuka pikirannya untuk memulai suatu bisnis. Mereka bisa mengandalkan uang gaji bulanan untuk kebutuhan sehari-hari, sambil menggeluti bisnis sampingan. Bisnis sampingan lazim memerlukan pengorbanan waktu. Contohnya saat pulang kerja, masih harus menjalankan bisnis lagi. Melelahkan memang, tapi bukankah hasilnya sebanding dengan jerih payah?

Tetap bekerja kantoran sambil mulai merintis bisnis adalah cara terbaik, hanya bila si pelaku sadar benar bahwa tujuan utama adalah untuk membesarkan bisnisnya. Sehingga apapun yang terjadi, ia tak akan meningggalkan bisnis lalu pasrah untuk terus menjadi karyawan seumur hidupnya.

Dalam prosesnya, Anda perlu melupakan kenyamanan dan keterjaminan kerja kantoran. Sehingga pikiran Anda kian terbuka lebar untuk menerima masuknya diri ke dunia bisnis. Hingga tiba masanya, setelah proses yang demikian panjang, Anda akan mendapatkan diri Anda telah berada pada posisi seseorang yang berjiwa wirausaha.

Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa dalam proses mencari jiwa wirausaha, akan terjadi banyak kerugian dan kesalahan. Tapi lagi-lagi, kerugian bukanlah akhir segalanya. Kesalahan adalah proses dari pembelajaran. Anda belajar dari kerugian, dari kesalahan yang dibuat. Itu juga berarti bahwa Anda tak akan belajar jika tidak pernah merugi atau membuat kesalahan.

Kegagalan benar-benar bisa disebut kegagalan ketika Anda berniat untuk berhenti setelah menghadapi kerugian, atau telah melakukan kesalahan tapi tidak memperbaikinya. Orang yang berhenti setelah melakukan kesalahan pertama berarti gagal untuk belajar.

Gambaran di atas merupakan salah satu alasan utama mengapa pelaku bisnis Multi Level Marketing gagal berbisnis. Mereka lebih menginginkan untuk memiliki uang banyak dalam waktu cepat daripada menginginkan dirinya menjadi seorang pelaku bisnis.

Bisnis MLM merupakan satu jenis bisnis yang memberikan berbagai kemudahan. Modal yang relatif kecil, sistem yang sudah terbentuk, dan bisa dijalankan paruh waktu. Tanpa komitmen, tanpa tujuan yang benar, berarti Anda tidak memberi kesempatan pada diri sendiri untuk menemukan jiwa wirausaha. Siapkah Anda berkomitmen menekuni bisnis MLM untuk membawa diri menjadi seorang pelaku bisnis?

Sumber: LEADER Edisi 6/20 Agustus-20 September 2007

Tidak ada komentar: