Sabtu, 01 November 2008

Rintangan Merekrut

Sebagai pelaku bisnis MLM, hendaknya Anda sensitif merasakan segala rintangan yang di hadapi downline. Demi meraih kesuksesan terkadang harus menempuh berbagai rintangan, khususnya saat merekrut. Tapi jika gigih mengatasinya, berarti kesuksesan telah di ambang mata.

Tak bisa dipungkiri, dari sejumlah prospek yang telah susah payah Anda rekrut, diantaranya menyatakan keluar setelah menggelutinya hanya beberapa bulan.salah satu cara menghindarinya yaitu dengan memberi segala bantuan yang dibutuhkan prospek, tanpa menyepelekan urusan Anda sendiri. Karena bagaimanapun juga, Anda mempunyai bisnis yang mesti digeluti serius.

Dibanding bisnis lainnya, mungkin cuma MLM yang sarat dengan proses pembelajaran. Lewat training yang digelar perusahaan maupun leader, prospek ditempa agar memiliki jiwa usahawan. Prospek terlatih menghadapi penolakan dan kegagalan saat menjual atau mengajak prospek bergabung. Oleh sebab itu pakar kebebasan finansial, Robert T. Kiyosaki lebih mengedepankan soal training, ketimbang hal-hal penting lainnya.

Di masa-masa training, network marketer langsung disodorkan pada praktek kehidupan nyata. Misalnya, melakukan kesalahan, menghadapi ketakutan, lalu belajar dari kesalahan, memperbaiki dan mengulangi prosesnya. Menurut Kiyosaki, sebagai sekolah kehidupan nyata, perusahaan MLM yang sistem pendidikannya bagus bisa dijadikan program pengembangan pribadi jangka pendek terbaik. Perusahaan MLM itu akan meramgkul setiap membernya, menuntun ke arah kehidupan yang melampaui ketakutan dan kegagalan.

Di MLM, bisanya proses pembelajaran dilakukan sedikitnya setahun. Selama itu pelaku bisnis ini dididik bagaimana meraih kesuksesan, prinsip kepemimpinan, keahlian manajemen, membangun kerjasama tim dan lain-lain. Berbekal semua itu diharapkan pelaku bisnis MLM bisa menjadi leader yang mampu menduplikasikan dirinya kepada segenap downline di jaringannya, serta dapat merasakan rintangan-rintangan seluruh downlinenya.

Salah satu rintangan yang umum terjadi misalnya downline tidak aktif, atau menyatakan berhenti. Padahal Anda merekrutnya begitu semangat, setelah memberikan motivasi hingga mengajaknya mengikuti training. Masalah itu pasti dialami oleh upline, khususnya di masa-masa pertama menggeluti bisnis ini. Solusinya adalah memberikan waktu dan bantuan kepada downline secara total, tapi tanpa merugikan diri sendiri. Perlu diingat, bantuan yang Anda berikan, tidak menjamin mereka tetap bertahan di bisnis ini.

Dari sekian prospek yang Anda tawarkan peluang berbisnis, sebagiannya menghormati betapa Anda telah meluangkan waktu untuk berbagi, mereka pun lantas setuju ikut bergabung, tapi ada juga tidak. Anda telah melakukan yang terbaik untuk mereka, namun sepertinyanya mereka tidak memiliki keberanian mengambil resiko. Setelah menyediakan banyak waktu menjelaskan bukti-bukti kesuksesan pebisnis MLM, bagaimana cara kerjanya, lalu tiba saatnya Anda menanyakan apakah mereka ikut mendaftar menjadi member atau tidak. Jika banyak yang mengatakan “tidak”, cukup katakan dalam hati, “beberapa akan ikut, beberapa tidak. Aku akan terus memprospek.”

Banyak orang, walau punya segudang waktu, tidak mempergunakannya secara optimal. Mereka membiarkan waktu terbuang percuma. Padahal begitu banyak waktu yang Anda luangkan buat mereka, dan mengarahkan segala kemampuan yang Anda miliki. Misalnya, memberikan pemahaman tentang bisnis ini, membawanya mengikuti training-training atau mendengarkan cerita sukses orang lain. Lalu, tiba gilirannya Anda meminta mereka membuat keputusan.

Minimnya dana bisa menjadi hambatan hanya jika Anda menginginkan kesuksesan secara instan. Dan sebaik-baik investasi bisnis, adalah yang tidak memberatkan dana yang di miliki. Salah satu penyebab mengapa pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan adalah kesalahan mengelola bisnis. Lebih banyak pengeluaran seperti biaya transportasi menemui prospek, ditambah biaya pulsa telepon untuk menghubungi prospek, tetapi tidak menghasilkan satu pun jaringan downline. Setelah membeli starter-kit, satu-satunya cara menghemat biaya adalah dengan berusaha memasarkannya kepada prospek. Jika berhasil terjual dan mendapat keuntungan, gunakan hasil penjualan untuk membeli produk, begitu seterusnya.

Karena kurangnya modal sering menjadi penyakit bisnis. Prospek, ataupun downline tidak melakukan pembelian produk. Alasannya beragam, kurangnya modal atau harganya dianggap kelewat mahal. Kurangnya modal juga bisa terjadi jika salah menjalankan bisnis ini. Mereka terobsesi membangun jaringan dengan cepat. Padahal proses tersebut tidaklah berlangsung dengan cepat melainkan memakan waktu lama. Jadi, biaya yang dikeluarkan dalam perjalanan menemui prospek maupun menghubungi lewat telepon cukup besar.

Apakah Anda tipe orang yang mudah depresi ketika mengalami kegagalan lalu putus asa? Apakah kegagalan downline juga mudah mempengaruhi pikiran? Jika ya, maka yang harus dilakukan adalah dengan menjadi pribadi yang senantiasa optimis. Ingatlah selalu bahwa bisnis MLM merupakan permainan angka-angka. Semakin sering Anda menjual dan merekrut, kesuksesan tidak terlalu sulit untuk diraih.

Cobalah melakukan penjualan agar diperoleh keuntungan eceran. Dari keuntungan itu, perputaran arus barang dapat langsung dengan cepat, sehingga perolehan poin pun bertambah pesat. Membangun tim lebih sulit ketimbang memasarkan produk. Mereka yang punya stok produk besar, belum tentu seorang yang mampu membangun suatu tim, walaupun sukses dengan penjualan. Tapi, saat mereka mencontoh Anda dengan pengalaman yang sedikit, tapi tidak menemukan kesuksesan, mereka akan berhenti. Lalu, mengembalikan semua stok produk demi meminimalkan biaya yang dikeluarkan.

Ketika menjual dan menawarkan peluang bisnis itu tentu tidak berjalan dengan mulus. Tidak semua orang menyatakan antusias, tak sedikit di antaranya menolak. Jika Anda gagal mengatasi penolakan dan kegagalan, hindari perasaan depresi yang berlarut-larut. Jadilah seorang optimis sejati. Lanjutkan penjualan dan mensponsori sebanyak mungkin, sehingga sukses dapat diraih. Orang yang gagal itu adalah orang yang menyerah sebelum berperang. Walaupun bisnis ini banyak mencetak jutawan dari berbagai lapisan sosial, namun kepercayaan masyarakat terhadap industri ini masih miring. Apalagi sekarang banyak bisnis yang berkedok MLM tapi merugikan banyak orang, semakin menimbulkan efek negatif terhadap bisnis MLM. Mereka selalu diliputi pikiran miring terhadap bisnis ini, maka Anda selaku network marketer sejati bertugas membersihkannya.

Saat memprospek, hindari mengatakan berapa jumlah penghasilan yang akan Anda dapat melalui bisnis MLM, karena sebagian dari prospek tidak akan mudah mempercayainya. Mereka hanya akan menimpali bahwa bisnis MLM bukanlah bisnis yang logis dengan jumlah bonus yang terlalu dibesar-besarkan para upline. Kemudian mereka akan menyebutkan beberapa nama pelaku bisnis MLM yang setelah ikut bergabung, tetapi gagal. Dan mengatakan bahwa Anda hanya menghambur-hamburkan waktu. Jika pikiran negatif terus-menerus terdengar, maka dikuatirkan Anda kehilangan rasa percaya diri, kemudian menjadi pesimis terhadap bisnis yang sedang digeluti. Yang lebih buruknya lagi, pikiran negatif tersebut datang dari keluarga atau teman-teman terdekat. Untuk mengatasinya, cukup tekankan dalam hati bahwa sesungguhnya mereka hanya belum memahami bisnis MLM, lalu lanjutkan kembali bisnis Anda.

Maka kepada mereka,hindari menyebutkan nilai nominal yang diperoleh di MLM, sebab mereka akan segera menepisnya dengan menyebutkan beberapa orang yang gagal. Jika terpengaruh, dikhawatirkan Anda akan melupakan kekuatan dari bisnis ini, lalu berhenti di tengah jalan. Bukan mustahil, kondisi semacam itu juga akan menggerogoti downline di jaringan Anda.

Yang perlu dicamkan kemudian adalah bahwa segala sesuatu yang negatif yang mereka lontarkan tidak sebanding dengan peluang dan kesempatan yang dihasilkan dari bisnis MLM, yakni menjadi jutawan.

Sumber: LEADER Edisi 7/20 September-20 Oktober 2007

Tidak ada komentar: